Kamis, 21 Juni 2012

Balatindak hadir di Jogjakarta (Oleh: Arie Nasrullah Lamondjong)



            Mendengar kata “jogja” pikiran kita akan melayang pada kota yang identik dengan kota pendidikan dan kota budaya.Sebagai kota Budaya,Jogjakarta sangat sering mengadakan ajang budaya  yang tidak hanya menampilkan kebudayaan Jogjakarta tetapi memberikan panggung kepada daerah – daerah lain untuk memperkenalkan budaya dan tradisinya.
            Ikatan Persaudaraan Pelajar Mahasiswa – Banggai kepulauan “Kenendeke”(IPPMB Kenendeke) merupakan wadah organisasi  mahasiswa daerah Bangkep di Jogjakarta yang beranggotakan sekitar 80 mahasiswa.Mewakili Ikatan Pelajar Mahasiswa Sulawesi Tengah ikut serta meramaikan Gelar budaya dan Panggung Rakyat “bulan Bung Karno” selasa malam tanggal 19 juni 2012 di pelataran Gedung Agung Yogyakarta.Gelar budaya yang diselenggarakan oleh Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah Se – Indonesia yang di ikuti 13 IKPM Daerah di antaranya Aceh,jawa tengah,Kep.riau,NTB,Sul-teng,Sul-sel,Kal-Bar,Kal-Tim,NTT,Jawa Barat,Lampung,Bali dan Papua.Ribuan pasang mata Masyarakat Jogjakarta,wisatawan asing dan lokal serta mahasiswa daerah se-Indonesia sangat antusias menyaksikan gelar budaya sehingga memacetkan jalan Malioboro.
            IPPMB Kenendeke telah melakukan langkah maju dengan ikut ambil bagian dalam Gelar Budaya.Pertunjukan ini  adalah yang pertama kalinya di lakukan oleh mahasiswa(i) banggai kepulauan di Jogjakarta.mahasiswa(i) Bangkep menampilkan tarian Balatindak (tarian perang),secara historis Balantindak adalah tradisi kerajaan Banggai dalam melakukan perekrutan seorang Talenga/panglima perang dengan melakukan sayembara adu ketangkasan bertarung.Kini keberanian dan ketangkasan para panglima perang diabadikan dalam tarian Balatindak hingga sekarang tarian Balatindak di pertunjukan pada setiap tamu agung kerajaan yang berkunjung ke kerajaan Banggai.penampilan kedua di lakoni oleh para mahasiswi bangkep dengan menampilkan tarian boine merupakan tarian yang menceritakan kesedihan putri kerajaan menjalin cinta kasih dengan seorang pemuda biasa,tarian salendeng tentang kegembiraan kepada tamu kerajaan dan tarian tolonikon tentang kebahagiaan rakyat dan kerajaan.Tak lupa pula lantunan lagu “Banggai Tano Monondok”mengiringi tarian penutup.Pertunjukan ini berlangsung dengan meriah,Ribuan pasang mata bahkan tak berkedip saat menyaksikan tarian balatindak di mainkan oleh mahasiswa Bangkep.Pertunjukan ini di sutradarai oleh Abd.Jalil Mangalia (Ketua IPPMB “kenendeke” Jogjakarta) dengan komposisi pemain musik : Jalil mangalia,Amran,Ihwan Lanangu,Ravel,Yoyo Salotan.Penari : Arivanti Muin,Megawati,Naila,Nurlaila Djibran.Balantindak : Adi Alapi,Nasir Alapi,Muchtar,Hendrik dan Fadli.
IPPMB “Kenendeke” melakukan persiapan latihan 1 bulan lebih,dengan peralatan music dan kostum seadanya.Semangat Mahasiswa Bangkep di Jogjakarta untuk memperkenalkan Budaya dan Tradisi Banggai dimata Indonesia tidak bisa di ragukan lagi.Kebudayaan sejatinya merupakan kristalisasi pemikiran manusia dari hasil adaptasi, interaksi, pencarian, penjelajajahan, imajinasi, permenungan bahkan kadang-kadang penemuan coba-coba terhadap alam, hubungan sesama manusia, dunia abstrak serta dunia transedensi, kebudayaan diciptakan oleh manusia-manusia kreatif untuk mengatasi, menjelaskan dan menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya berkenaan dengan dunia dimana manusia itu berada. Artinya, sebuah kebudayaan mestinya menjadi sesuatu yang sangat dekat dengan dunia lahir bathin pemiliknya karena ia terbit dan berakar dari persoalan-persoalan setempat. Jika sebuah kebudayaan mampu bertahan dalam rentang waktu yang panjang, niscaya ia memberikan suatu yang dibutuhkan oleh manusia pemiliknya dan sebaliknya kebudayaan tanpa akar yang kokoh hanya akan menjadikan kebingungan dan keterasingan.Budaya dan Tradisi juga merupakan warisan yang diturunkan tanpa surat wasiat.Penting kemudian kita masyarakat banggai khususnya mahasiswa Bangkep untuk terus menjaga nilai – nilai budaya dan tradisi Banggai yang memiliki peradaban yang kokoh pada masanya.Agar kita tidak menjadi masyarakat tanpa identitas. Apabila suatu kesenian sudah hilang spiritnya, tinggal batang tubuhnya saja, maka suatu kesenian ibarat pria impoten atau wanita vrigid , diam tak bergairah.Mungkin tinggal arang untuk pentas-pentas, dengan pelbagai kostum dan make upnya, tetapi tanpa pijar yang merupakan sumber tenaga kesenian itu. Dia tidak bisa tegang lagi, tanpa rangsang hidup yang sanggup membangkitkan nyali .Sesungguhnya yang ada hanya ampas kesenian, bukan kesenian yang sesungguhnya. (Linus Suryadi AG,1982).
Pemerintah Daerah Banggai Kepulauan harus melihat semangat menggelorakan nilai – nilai dan spirit kebudayaan sebagai benang merah mencapai kesejahteraan masyarakat Bangkep.Pemda Bangkep khususnya sebagai penyelengara Tata Pemerintahan adalah actor utama untuk melakukan perhatian yang termanifestasi dalam program – program pemerintah daerah untuk melestarikan kekayaan Budaya dan tradisi Banggai.Sehingga nilai budaya dan tradisi dapat melekat dalam sanubari anak daerah sebagai bekal dalam menjawab tantangan kehidupan.
Terima kasih kepada seluruh mahasiswa Sulawesi tengah khususnya mahasiswa Bangkep di Jogjakarta yang ikut berkontribusi terhadap kelancaran pertujukan budaya,tetap semangat...!
  
“sekarang atau tidak sama sekali….! Salam budaya….
By.Arry N lamondjong (Humas IPPMB “Kenendeke)

1 komentar: